Fithriyah Binti 'Ibad Abdurrahman

Senin, 30 Januari 2012

Sebatas Inginku (1)

Ketika aku beserta tiga anak panti bermain di saung dekat masjid, lewatlah mobil mewah, wuuuush cepat sekali geraknya. Genangan air akibat hujan terlindas ban mobilnya dan kemudian menyirami tanaman beberapa pot. Terlihat geram ketika wajah pemilik tanaman melihat tanamannya tersiram air genangan yang sudah keruh itu.

“Bisakah kalian membayangkan rasanya mengemudi mobil kinclong itu?” Celetuk Ridwan dengan wajah polosnya mengusap-usap kening.

“Hah? Bagaimana bisa? Menaikinya saja aku tidak pernah. Mungkin duduk di dalamnya itu empuk banget kali yaaa, bantalan empuk yang cukup nyaman. Bahagia sekali mereka, andai kita bisa seperti mereka.” Sari merespon ucapan Ridwan.

Sudah sudah, jangan ngawur ngidul gitu. Bisa jadi kita lebih bahagia di banding mereka, pemilik mobil kincong seperti itu. Atau bahkan lebih bahagia lagi dari pemilik rumah gedongan yang biasa kita liat diacara televisi itu. Tuturku mulai masuk dalam pembicaraan mereka.

“Loh? Kok bisa Bil?” Tanya Ridwan yang seketika muncul kerutan di dahinya.

“Iya, bagaimana bisa kamu berkata begitu?” Sari mempertegas pertanyaan Ridwan.

“Bro, Sist, tenanglah. Nabil, bisa kamu jelaskan maksud pertanyaanmu?” Keyla menenangkan keadaan.

“Hehe tenang teman-teman. Kita tidak tahu seberapa berat masalah mereka. Kalian pernah tau bukan bagaimana depresinya orang-orang gedongan dengan segudang masalah pekerjaan? ditambah keluarga yang berantakan karena kurangnya keharmonisan. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Memang, memang tidak semuanya yang seperti itu. Kita jauh lebih beruntung dari mereka yang sibuk dengan dunianya itu kawan. Kita punya keluarga yang harmonis walaupun bukan keluarga kandung. Aku merasa menjadi orang paling bahagia karena memiliki keluarga luar biasa di panti kita, seperti kalian.” Jawabku, air mata tak sanggup kubendung.

“Nabiiil.” Mereka memelukku dengan haru.

Kita istimewa kawan, yakinlah kita sangat istimewa dengan banyaknya cinta yang kita dapat dari sebuah panti sederhana kita. Di dalamnya kaya akan kasih sayang. Tuhan mengistimewakan kita dengan menyatukan kasih sayang kita di panti itu. Yakinlah kita istimewa.

#Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar