Fithriyah Binti 'Ibad Abdurrahman

Kamis, 05 Januari 2012

Bunga yang telah pulang

4 Januari 2012. Tidak ada yang menyangka di awal tahun baru ini, sepupu mungilku pulang ke hadapan Ilahi. Yah, kematian adalah bagian dari rahasia Ilahi. Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan ajalnya datang. Bayangkan saja kalau kita mengetahui kapan dan dalam keadaan apa kematian mendatangi kita, bisa jadi kita akan mengalami ketakutan yang luar biasa. Misalnya saja nih, jika kita tau meninggal pada saat menaiki bus, hmmmm mungkin gak akan pernah mau lagi naik bus. _=-+-&5%$


Sepupu mungilku, panggil saja dia bunga. Bunga itu ngegemesin, matanya lentik banget, gendut, chubby, putih kinclong(kinclong kayak ape aje), cantiiiiiiik banget. Pokoknya nih kalau tiap ada orang yang liat dia pasti pada seneng, saya jamin deh. Kalau kata ligar sih sebutannya "Dede bule". Ada-ada aja Ligar nih yaaa :)

Kurang lebih 40 hari bunga tinggal di rumah keluargaku, Kalian tau kenapa? hmmm..
Karena ibunya bertugas menemani aku dan kedua adik perempuanku di rumah.
40 hari, yah 40 hari. Tidak terpikirkan sebelumnya bunga meninggal begitu cepat. Allah menuliskan usianya hanya sampai usia 8 bulan. Itu waktu yan
g cukup singkat, dan tentunya akan menimbulkan kehilangan yang cukup berat bagi kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah melahirkannya. Seperti yang kita semua tahu, anak ecil usia segitu sedang lagi lucu-lucunya. Aku harap ibunya di beri ketabahan lebih.

Ibunya, aku lihat dia sangat kehilangan. Kedua matanya sangat bengk
ak. Mungkin karena bnyaknya air mata yang keluar. Aku mengerti mungkin ini berat. Anak ituuuuuu anak yang sangat cantik, dia anak kebanggaan kedua orang tuanya. Bagaimana tidak, karena bunga bisa mengambil perhatian banyak orang yang melihatnya. Bunga anak bungsu, anak satu-satunya. Ketika tiga anak mereka meninggal sewaktu kecil, kini bunga yang merupakan anak keempat di panggil juga ke pangkuanNya.


Yang perlu kita sadari,
anak adalah anugrah yang dititipkan Tuhan. Bukan hak milik paten. Bukan.


Anak adalah
ujian untuk kedua orangtuanya. Seorang anak bisa menjadi penolong kedua orangtuanya di akhirat kelak tapi ada juga yang bisa menjadi bom waktu yang bisa menyengsarakan kedua orangtuanya di akhirat kelat.
Anak ibarat kertas putih yang bersih dan kedua orangtuanya lah yang akan menuliskan dengan tinta merah, hijau, atau emas. Banyak anak yang berba
kti banyak pula yang durhaka. Tentu ini menjadi ujian kedua orangtuanya.


Aku masih ingat, masa-masa 40 hari bersama bunga. Si mungil itu sering aku bawa ke kamarku menemani aku belajar. Dengan lincahnya dia memutar-mutar menggerakkan tubuhnya, mengoceh dengan bahasanya, tertawa dengan manisnya yang membuat aku selalu suka.
Masih ingat sekali, dia yang manis itu, sering aku gendong kesana kemari, entah mengapa aku juga sering bercermin bersama dengannya di cermin kamarku yang ukurannya lumayan besar. Setiap wajahnya aku hadapkan pada cermin, dia sela
lu tertawa, Aku Suka.

Iseng-iseng aku mengajarinya berhitung dengan kelima jari tangan kanannya. Dia begitu antusias dengan bahasa yang aku sampaikan, berhitung dari satu yang menggerakkan satu ibu jarinya, dua di telunjuknya, tiga pada jari tengahnya, empat pada jari manisnya dan lima pada jari kelingkingnya. Aku terus mengulang-ulang mengajarkannya berhitung. Sampailah yang menurutku dia paham. Bunga akhirnya sering menggerakkan kelima jari tangannya sambil berbicara dengan bahasanya sendiri, gerakkannya menyerupai dengan gerakan yang aku lakukan terhadapnya.

Bunga sangat suka ketika aku mengucapkan
Asmaul-Husna. Matanya yang lentik itu diam menatapku, mendengarkan Asmaul husna yang aku ucapkan. Dia seperti berusaha mengikuti.
Dan setelahnya bunga berceloteh sendiri. Entah apa yang dia katakan, tapi dari silau kedua matanya, dia sangat senang.

Selamat Jalan Sayaaaaaang.
Baik-baiklah di syurga ..
Love u Dek ;)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar