Fithriyah Binti 'Ibad Abdurrahman

Minggu, 19 Februari 2012

Surat Cinta Bernama Bencana


Tujuh belas hari kita telah melewati momen pergantian tahun atau sekitar setengah bulan lamanya. Sisa-sisa kertas mercon (petasan) sudah menghilang dari sudut-sudut keramaian kota yang dijadikan tempat bersuka ria di momen itu karena petugas kebersihan telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Namun, alangkah nestapanya Banten di bulan pertama tahun 2012. Di pertengahan bulan ini, Banten dilanda banjir. Belasan ribu rumah di berbagai kecamatan terendam oleh air hujan yang turun dari hari Jumat hingga Minggu kemarin. Para penghuni rumah pun mengungsi ke tempat yang lebih aman karena tempat tinggal mereka kedatangan tamu yang tak diundang dan diharapkan (bencana). Entah apa yang diperbuat manusia hingga alam menunjukan kemarahannya. Atau sebaliknya, alam ingin menyampaikan surat cintanya kepada manusia yang terkadang lengah dan khilaf agar lebih arif dan bijaksana.

Bencana alam memang datang dengan tidak pandang bulu. Ia akan datang kapanpun dan dimana saja. Tidak melihat si miskin dan si kaya. Tidak juga melihat pangkat dan kedudukan karena itu adalah kehendak dari Yang Mahakuasa. Lalu, siapakah yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi saat ini? Alam kah, yang telah memuntahkan airnya ke kampong-kampung atau pepohonan kecil yang tidak mampu lagi menyerap air secara baik? Tidak. Bencana alam terjadi disebabkan ulah manusia yang serakah. Mereka selalu mengeksploitasitasi alam secara berlebihan tanpa melakukan pelestarian sehingga alam menjadi rusak dan marah terhadap manusia yang telah dholim terhadapnya.

Dalam Alqur’an dijelaskan, “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.Ar Ruum:41).

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi, sebagaimana tertuang dalam Alqur’an, “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barang siapa kafir, maka (akibat) kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang kafir itu orang-orang kafir itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kerugian mereka belaka.” (QS.AL Faatir:39).

Tentunya, manusia memiliki tugas dan tanggung jawab. Sebagai khalifah di muka bumi manusia bertugas memelihara dan mengelolanya secara baik bukan sebaliknya, merusak dan mengeksploitasi secara berlebihan.

Di sisi lain, ketika ada orang yang melakukan kerusakan di bumi, sebagai manusia yang bijaksana kita tidak diam begitu saja tetapi harus ada tindakan dan kontribusi yang nyata untuk memperbaikinya lagi. Seperti kata mutiara yang menyatakan bahwa kerusakan terjadi bukan hanya karena orang yang melakukan kerusakan, tetapi juga karena orang yang melihat kerusakan tetapi tidak melakukan perbuatan apa-apa untuk memperbaikinya. Akibatnya, keseimbangan alam tidak harmonis lagi dan bencana terjadi dimana-mana, seperti halnya di daerah Banten saat ini.

Pada hakikatnya, musibah datangnya dari Allah Swt. sebagai ujian untuk hamba-Nya yang beriman. Dalam Alqur’an disebutkan, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘kami telah beriman?’ dan mereka tidak diuji?. Dan sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, makaAllah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS.Al Ankabuut:2-3).

Manusia tidak bisa dikatakan beriman sebelum datang ujian kepadanya. Semakin tinggi pepohonan maka semakin kencang pula angin yang menerjang. Begitupula dengan keimanan seseorang, semakin kuat iman seseorang maka semakin besar pula ujian yang diterimanya. Oleh karena itu, jangan jadikan bencana sebagai musibah. Jadikanlah bencana sebagai suatu ujian yang datang dari Allah untuk menguji seberapa besar keimanan kita. Dengan begitu kita akan sabar dan tawakal dalam menghadapinya, tidak mengeluh atau menyalahkan orang lain. Jika kita diberikan ujian oleh Allah, itu artinya Allah sayang terhadap kita.

Sejatinya, Allah memperhatikan kita melalui ujian tersebut. Hal itu juga mengindikasikan bahwa kita termasuk orang-orang yang beriman. Bayangkan jika Allah tidak pernah memberikan ujian. Seandainya hal itu benar-benar terjadi maka keimanan kita patut dipertanyakan.

Pada akhirnya, yang harus dilakukan adalah sabar dan syukur, dalam Alqur’an dijelaskan, “Katakanlah (Muhammad), ‘siapa yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut?’ (dengan mengatakan), ‘sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS.Al An’am:63). Kedua kata itu akan menjadikan manusia sebagai orang yang bijaksana dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Sabar dalam menahan amarah, sabar dalam menerima ujian, dan sabar dalam hal yang lainnya. Syukur juga harus di aplikasikan dalam segala keadaan.

Yakinlah bahwa dengan bersyukur maka Allah akan menambah nikmat yang telah kita terima. Yakinlah ketika Allah mengambil sesuatu yang kita miliki, Allah akan mengganti semua itu dengan yang lebih baik. Sesungguhnya, apapun yang dimiliki oleh manusia adalah titipan dari Allah yang bisa diambil oleh-Nya kapanpun. Sabar dan syukur juga menjadi guru bagi kita untuk menjadi orang yang ikhlas.

Dalam hal ini, penulis turut prihatin terhadap warga Banten yang terkena bencana banjir baik di kabupaten Serang, Lebak, maupun Pandeglang. Penulis juga mengajak kepada pembaca, mari bermuhasabah (evaluasi diri) di tahun 2012 ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Niatkanlah bahwa semua yang kita lakukan semata-mata untuk mencapai mardhotillah (ridho Allah). Bagi mereka yang sedang diuji mari kita bantu dan mendoakannya agar beban mereka terasa ringan. Percayalah bahwa hal kecil yang kita lakukan untuk membantu orang akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang berlipat ganda.
Wallahu alam bishowab.



by. Marjaya (salah satu keluarga sapela)
Keren loh dia, tulisannya udah dua kali di muat di koran :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar