Senin, 30 Januari 2012
Kemarin-kemarin:)
Sebatas Inginku (3)
“Dari mana kamu Bil? Bapak dari tadi mencari kamu.” Tanya pak guru ketika aku dan Arifin berdiri di hadapannya.
“Maaf Pak, Nabil Cuma penasaran sama sekolah ini, sekolahnya mewah. Jadi dari tadi Nabil memutari sekolah ini Pak. Sekolahnya tiga kali lipat dari sekolah kita yah Pak?” Jawabku setelah bersalaman mencium tangan pak guru sebagai tanda hormat.
“Biarpun sekolah kita tiga kali lebih kecil, tapi sekolah kita mempunyai anak didik yang baik dan unggul seperti kamu dan yang lainnya.” Tutur pak guru tersenyum mengelus-elus kepalaku.
“Ayo kita ke aula, sebentar lagi pengumumannya.” Ajak pak guru menepuk pundakku.
“Tapi tunggu sebentar Pak, ibu panti Nabil bilang beliau mau kesini beserta anak panti lainnya.”
“Ibu pantimu?” Tanya pak guru kurang yakin dengan apa yanga baru saja beliau dengar. Aku menggangguk-angguk tersenyum meyakinkan bahwa aku tidak mengada-ada.
Pak guru mungkin memang terkejut mendengarnya, karena lokasi sekolah ini jauh dari daerah kami, ini kota metrapolitan. Sedang daerah kami masih pedesaan, Lebak. Yah di Lebak tempat kami tinggal. Aku disini atas nama pelajar dari provinsi Banten yang mengikuti seleksi lomba tingkat Nasional. Ada beberapa pelajar dari bebapa kabupaten yang lulus dalam seleksi sebelumnya. Salah satu nama yang lulus adalah aku.
“Kenapa kamu tidak bilang sebelumnya kalau ibu pantimu mau datang? Kita bisa berangkat bersama.” Tanya pak guru lagi.
“Nabil enggak berfikir sampe ke situ Pak.” Jawabku polos.
“Apa karena kamu mikirin hasil pengumumannya ya Nak?” Tanya pak guru lagi. Aku diam.
“Tenang aja, biar hasilnya kita serahkan pada Tuhan. Sejauh ini kamu udah berusaha dan berdoa. Selanjutnya Tuhan yang berkehendak.” Tutur pak guru dengan bijak terhadapku.
“Sekarang kita ke Aula, ibu pantimu nanti bapak yang urus. Peserta harus ada di aula sekarang Nak.” Pak guru menatapku dan aku menggangguk.
Satu gedung besar yang di jadikan aula di sekolah itu tampak gagah. Aku tidak bisa mengira-ngira berapa kali lipat ukurannya dari panti tempat aku tinggal. Aku duduk di antara ratusan pelajar bangsa. Beragam siswa-siswi dengan menggunakan seragam kebangsaan dari sekolahnya masing-masing ada di dalamnya. Tampak menarik sekali, banyak yang menggunakan batik dengan ciri khas sekolahnya, banyak juga yang mengunakan seragam yang dilengkapi rompi kotak-kotak dan ada juga yang bergaris. Tentunya banyak juga yang mengenakan seragam pelajar SMP pada umumnya yaitu seragam putih biru seperti yang aku kenakan sekarang.
Mereka tampak bersahaja dengan pakaian rapih dan bersih. Seragamnya seperti masih baru, tidak seperti yang aku pakai. Sudah kusam akibat terus menerus di pakai dan di cuci. Kalau saja aku egois, aku ingin membeli beberapa baju seragam. Tapi aku tidak pantas untuk iri dan mengeluh karena apa yang kudapatkan dari panti sudah lebih dari cukup. Segala fasilitas bagus dan mahal yang aku lihat hanya sekedar dari penglihatan manusia hingga terlihat sangat menakjubkan, berbeda dengan Tuhan. Tuhan bukan melihat manusia dari segi yang aku lihat ini.
“Bil, kamu melamun? Aku perhatikan kamu seperti berfikir keras.” Arifin mengajakku bicara kemudian menyeruput jus dari botol dengan sedotannya.
“Oh, enggak.” Jawabku seadanya.
“Ini minum Bil.” Katanya menyodorkan satu botol kemasan berisi jus jeruk kepadaku.
“Makasih Fin.”Kataku mengambilnya.
“Arifin sama Nabil di sini dulu ya. Bapak kedepan sebentar. Khawatir ibu panti Nabil udah datang, dan kebingungan mencari Nabil,” Tutur pak guru yang bangkit dari tempat duduknya di samping kami.
“Iya Pak.” Jawabku dan Arifin bersamaan.
Sekitar 10 menit pak guru belum juga datang, acara pembukaan di aula ini sudah di mulai, MC sudah berbicara entah mengapa aku jadi merasa panik.
“Fin, Pak guru kenapa belum juga datang?” Tanyaku kepada Arifin yang masih duduk di sebelahku.
“Tenang Bil, sebentar lagi juga datang.” Arifin menenangkan.
Dua tokoh memberi sambutan dan aku semakin panik. 15 Menit pak guru belum juga kelihatan. Kemana pak guru? Bagaimana dengan Ibu Hana dan anak panti lainnya? Seharusnya bu Hana sudah sampai di sini. Apa mungkin mereka belum datang? Apa yang terjadi dengan mereka?
Sampai tibalah saatnya MC memberi pengumuman, dengan mimik yang membuat kami yang hadir di aula ini menjadi Sangat gugup menanti hasilnya. Satu nama di sebutkan untuk juara ketiga bidang fisika, terlihat mulai pucat wajah Arifin. Dia memegang bidang fisika dalam olimpiade ini. Aku yakin dia tidak kalah gugupnya. MC hendak menyebutkan juara keduanya, wajah Arifin semakin pucat. “Bil, pak guru di mana ya?” Ucapnya terbata-bata. Nada suaranya memperjelas bahwa dia sangat gugup. Aku menatapnya dan menepuk-nepuk pundaknya.
“Peraih juara olimpiade fisika kali ini yaitu dari.. “Tutur MC. Semua yang berada di aula diam untuk mendengarkan kata-kata selanjutnya. Arifin menggenggam celanaku, kurasakan tangannya sedikit basah dan dingin.
“Arifin Ilham dari SMP Negeri 20 Lebak.” Nama itu membuat aku dan Arifin diam sesaat. “Fin..” Kataku menggenggam pundaknya. Suara tepuk tangan meriah memenuhi aula.
“Iii ituuu namaaaa.” Katanya terbata-bata memandangku. Kulihat satu bulir air mata jatuh malu-malu dari sudut mata Arifin. “Iya Fin.” Kataku menggangguk tersenyum. Arifin menerobos tubuhku. Kurasakan tubuhnya bergetar. “Selamat Fin. Kamu Hebat.” Kataku.
“Kepada Arifin di persilahkan untuk maju ke depan.” MC kembali berbicara. Aku merenggangkan pelukannya. Dia mulai bersiap untuk ke depan. “Bil, kamu pasti jadi juara pertama di olimpiade matematikanya.” Kata Arifin menepuk pundakku.
MC mulai mengumumkan juara pertama dari olimpiade fisika. Sampailah giliran hasil seleksi olimpiade matematika. Perasaanku semakin tidak karuan, suasana tegang di tempat ini membuat aku semakin panik. Akupun belum melihat Pak guru dan bu Hana di aula ini. Aku harap mereka baik-baik saja.
MC mengumumkan juara ketiga terlebih dahulu. Bukan namaku yang disebut. Keadaan semakin membuatku gugup. Aku resah, gugup, dan bingung. Satu nama di sebut kembali oleh MC dan bukan lagi-lagi bukan namaku. Aku lemas dan pasrah. Tak lama terdengar satu suara memanggilku. Aku terrkejut, mencari ari mana asal suara itu. Dan kudapati sosok hebat bagiku, ibu Hana. Di sampingnya pak guru dan beberapa anak panti. Beliau berdiri sekitar dua meter dari tempatku. Sigap aku menghampirinya, ibu Hana memelukkku haru.
“Dan juara pertamanya di raih oleh..” Suara itu terdengar seperti bom atom bagiku.
“Maulana Nabil dari SMP Negeri 20 Lebak.” Suara itu terdengar dengan jelas. Tepuk tangan menggema di mana-mana.
“Nak, kamu berhasil. Ibu bangga.” Ibu Hana menguatkan pelukannya. Air mata bu Hana membasahi lenganku. Aku diam tidak bisa berkata-kata.
Pak guru menggenggam kedua lenganku dengan bangga. Akupun maju ke depan berbaris dengan para juara. Bersama anak istimewa nusantara bangsa ini.
#End
Sebatas Inginku (2)
Wah luar biasa sekali sekolah ini, sangat mewah. Baru kali ini aku melihat sekolah sangat bagus seperti ini. Parkiran yang luas, air mancur yang indah, taman dengan kursi yang unik di pinggirannya. Toiletnya seperti toilet hotel di acara-acara televisi yang biasa aku dan anak-anak panti lihat. Asri sekali sekolah ini, terawat tumbuhan-tumbuhan yang menghiasinya. Wah, pasti mereka yang sekolah di sini anak-anak gedongan. Sangat bersih dan indah. Aku pikir anak gedongan itu manja dan tidak peduli dengan lingkungan, ternyata mereka cukup rajin.
Aku menyerong ke koridor samping, dan kemudian.. “Loh?Kok?” Ternyata sekitar delapan pekerja bersih-bersih sedang beristirahat di situ.” Tidak terpikir olehku sebelumnya bahwa sekolah ini mempunyai banyak pekerja bersih-bersih yang sangat banyak, penilaianku salah.
“Hmm, apa ini? Tulisan jepang! Tulisaan macam apa ini? Keriting-keriting enggak karuan. Hebat sekali sekolah ini, belajar Bahasa Jepang dan bisa baca huruf seperti mie ini. Luar biasa sekali mereka, sampai-sampai ilmu di buang-buang begini.” Aku sibuk menerka-nerka apa arti tulisan yang terkandung di dalamnya.
“Bil, dari mana aja kamu? Aku cari-cari taunya ada di sini. Di panggil pak guru tuh, katanya sebentar lagi pengumuman pemenang.” Kata Arifin yang tiba-tiba dating mengejutkanku.
“Aku iseng-iseng memutari sekolah ini, dan ibu Hana bilang beliau akan datang ke sini bersama anak panti lainnya. Entahlah, mereka antusias dengan pengumuman lomba olimpiade ini. Padahal aku khawatir mereka kecewa kalau aku tidak jadi juaranya.” Kataku
“Ah, kamu pasti menang, kamu kan master di sekolah kita.” Tutur Arifin meyakinkan aku.
“Kamu berlebihan menilaiku Fin. Bu Hana di mana ya?”
“Nanti juga ketemu. Ke pak guru yuk! Beliau mencarimu dari tadi!” Ajak Arifin menarik tubuhku.
#Bersambung
Sebatas Inginku (1)
Ketika aku beserta tiga anak panti bermain di saung dekat masjid, lewatlah mobil mewah, wuuuush cepat sekali geraknya. Genangan air akibat hujan terlindas ban mobilnya dan kemudian menyirami tanaman beberapa pot. Terlihat geram ketika wajah pemilik tanaman melihat tanamannya tersiram air genangan yang sudah keruh itu.
“Bisakah kalian membayangkan rasanya mengemudi mobil kinclong itu?” Celetuk Ridwan dengan wajah polosnya mengusap-usap kening.
“Hah? Bagaimana bisa? Menaikinya saja aku tidak pernah. Mungkin duduk di dalamnya itu empuk banget kali yaaa, bantalan empuk yang cukup nyaman. Bahagia sekali mereka, andai kita bisa seperti mereka.” Sari merespon ucapan Ridwan.
“Sudah sudah, jangan ngawur ngidul gitu. Bisa jadi kita lebih bahagia di banding mereka, pemilik mobil kincong seperti itu. Atau bahkan lebih bahagia lagi dari pemilik rumah gedongan yang biasa kita liat diacara televisi itu.” Tuturku mulai masuk dalam pembicaraan mereka.
“Loh? Kok bisa Bil?” Tanya Ridwan yang seketika muncul kerutan di dahinya.
“Iya, bagaimana bisa kamu berkata begitu?” Sari mempertegas pertanyaan Ridwan.
“Bro, Sist, tenanglah. Nabil, bisa kamu jelaskan maksud pertanyaanmu?” Keyla menenangkan keadaan.
“Hehe tenang teman-teman. Kita tidak tahu seberapa berat masalah mereka. Kalian pernah tau bukan bagaimana depresinya orang-orang gedongan dengan segudang masalah pekerjaan? ditambah keluarga yang berantakan karena kurangnya keharmonisan. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Memang, memang tidak semuanya yang seperti itu. Kita jauh lebih beruntung dari mereka yang sibuk dengan dunianya itu kawan. Kita punya keluarga yang harmonis walaupun bukan keluarga kandung. Aku merasa menjadi orang paling bahagia karena memiliki keluarga luar biasa di panti kita, seperti kalian.” Jawabku, air mata tak sanggup kubendung.
“Nabiiil.” Mereka memelukku dengan haru.
Kita istimewa kawan, yakinlah kita sangat istimewa dengan banyaknya cinta yang kita dapat dari sebuah panti sederhana kita. Di dalamnya kaya akan kasih sayang. Tuhan mengistimewakan kita dengan menyatukan kasih sayang kita di panti itu. Yakinlah kita istimewa.
#Bersambung
Sebatas Inginku (Prolog)
Mataku bisa di bilang rabun. Aku rasa begitu, sulit sekali untuk menerka sesuatu yang sangat jauh. Tapi aku bisa melihat indahnya langit di senja hari. Canggihnya langit di fajar hari, siangnyapun sangat cantik. Dan taukah? Betapa indahnya langit di malam hari dengan bintang tersebar yang aku sendiri tidak tahu seberapa banyak rupanya. Tidak masalah dengan rabunnya mataku. Aku sangat menikmati detik demi detik peglihatanku. Ingin rasanya membeli sebuah kacamata indah agar memperjelas penglihatanku. Tapi apa daya? Aku anak panti yang tahu diri, aku tidak tega mengeluhkan mataku ini pada ibu Hana, ibu asuh di panti.
Aku sering diam-diam mendengar ibu Hana berdoa di pagi hari. Dari doa-doa yang terucap, aku bisa menyimpulkannya bahwa banyak sekali kebutuhan di panti ini. Ibu Hana bagiku adalah malaikat yang Tuhan kirimkan untuk kami, anak-anak sebatang kara.
Panti kami tidak sempit namun juga tidak luas. Tidak terlihat seperti panti-panti di kota metrapolitan. Ibu Hana membangun panti ini karena rasa cintanya kepada anak yatim, beliau menghibahkan satu rumahnya yang sangat sederhana untuk tempat kami tinggal, rumah itu menjadi panti kebahagiaan kami. Terkadang panti ini belum maksimal memenuhi kebutuhan. Kalau saja panti kami di bawah naungan pemerintah, mungkin saja mengurangi beban bu Hana. Tapi seperti yang pernah beliau katakan, bahwa setiap manusia memiliki masing-masing rezekinya sendiri, dan rezeki seseorang tidak akan pernah bisa tertukar dengan orang lain. Aku yakin, itu salah satu yang membuat beliau terlihat tidak ada beban di mata kami. Karena rezeki untuk kami masing-masing pasti akan datang.
Aku punya banyak adik dan kakak di sini. Jumlah kami yang banyak tentunya banyak pula kebutuhan yang mesti di penuhi oleh panti ini. Aku pernah memergoki ka Asti sedang melapor kepada bu Hana. Asti, kakak pantiku yang sudah menduduki kelas-x SMA. Dia sudah dua bulan menunggak biaya bulanan sekolah. Setahuku banyak yang masih menunggak. Syukurnya aku terbebas dari biaya sekolah karena beasiswa yang aku dapatkan. Aku yakin bu Hana keteteran soal biaya kami. Tapi wajahnya itu, beliau selalu terlihat teduh. Bila memandangnya dan mendengar ucapannya bisa menentramkan hati. Beliau menanamkan keyakinan pada kami bahwa Tuhan selalu ada untuk kami, tidak akan membiarkan kami kelaparan, atau membiarkan kami berhenti untuk menuntut ilmu di sekolah.
Tuhan tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang sangat yakin terhadap-Nya. Keyakinan aku dan anak panti yang lainnya terhadap Tuhan, membuat kami yakin bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan kami. Tuhan sangat sayang pada anak yatim dan piatu seperti kami. Maka bagi mereka yang faham, pasti akan berlomba-lomba menyantuni kami. Terkadang banyak yang datang ke panti untuk mendermakan hartanya, memberi kami banyak dus berisi mie instan, ada pula yang memberi sembako untuk panti kami. Kalau saja boleh memilih, aku ingin bukan aku yang di beri, tapi akulah yang memberi. Walau begitu, aku akan berusaha untuk menjadi anak yang berguna untuk bangsa ini. Bukan masyarakat, bukan pula beban masyarakat.
Aku masih ingat, ketika Ani mengadukan sepatu sekolahnya yang sudah rusak, sudah tidak layak untuk di pakai. Ibu Hana dengan bijak memberikan pengertian pada Ani untuk sabar, memberikan keyakinan bahwa Tuhan akan segera menurunkan rezeki untuknya. Keesokan harinya, perusahaan sepatu berkunjung ke panti kami mengirimkan sepatu untuk seluruh anak panti. Kesenangan yang tak terhingga kulihat pada wajah lugu anak-anak panti, terlebih Ani yang benar-benar menginginkannya. Aku semakin sayang pada Tuhan. Tuhan tidak akan menyia-nyiakan kami di sini. Karena Tuhanlah yang menggerakkan hati mereka di luar sana untuk berbagi kebahagiaannya bersama kami.
Aku akan kesal jika melihat anak-anak di rumah gedongan merengek minta ini dan itu. Memaksa orang tuanya untuk menuruti apa yang ia inginkan. Andai mereka tahu seberapa besar inginku berkumpul bersama ayah ibuku. Karena bagiku mereka harta terindah yang tidak sempat aku temui. Ayah dan ibu yang tidak pernah aku lihat seperti apa parasnya. Ibu? Aku masih bingung jika mendapat tugas untuk menceritakan seperti apa ibu itu.
Aku lahir dengan keadaan yatim dan piatu. Ibu Hana mendapati aku sedang tertidur di pangkuan seorang wanita muda. Wanita muda itu mengaku sebagai adik dari almarhumah ibuku. Dia menangis memelukku. Informasi yang ibu Hana dapatkan darinya bahwa ibuku meninggal setelah melahirkan, dan ayahku meninggal ketika ibu mengandungku tiga bulan. Ayah mengalami kecelakaan lalu lintas. Kata bu Hana wanita muda itu terlihat berat menitipkan aku padanya. Tapi karena diapun tidak mampu untuk mengurusku maka tidak ada jalan lain selain menitipkannya ke panti ini. Mendengar cerita ibu Hana rasanya haru sekali, tapi dengan mendengar itu aku jadi tahu kalau aku masih memiliki saudara dari almarhumah ibuku. Aku berusaha ingin tahu keberadaannya, sampai-sampai aku memaksa ibu Hana untuk menemani aku mencarinya. Kami berdua sempat mengunjungi alamat wanita itu dari data identitasku yang ibu Hana simpan. Tapi sayangnya lokasi yang tercantum di dataku itu kini berubah, karena yang kita dapati bukanlah rumah, tapi sebuah pabrik kertas. Disekitar lokasi itu hanya ada pabrik-pabrik, bukanlah permukiman masyarakat. Kenyataan seperti itu membuatku sangat sedih. Tapi biarlah, lama-lama aku bisa menerimanya. Aku percaya Tuhan akan mempertemukan kami, entah itu kapan.
Berbeda dengan kisah dengan Ridwan, Sari dan anak panti lainnya. Sari pernah menceritakan kisahnya kepadaku. Dia dititipkan sejak usia tiga tahun di panti ini oleh ibunya karena ibunya sudah tidak mampu mengurusnya. Selama tiga tahun pertama bersama, ibunya membesarkan Sari dengan hasil mengemis di jalanan. Ayah Sari meninggal ketika Sari berusia empat bulan dikarenakan menderita penyakit jantung. Sari mengetahui semua hal itu dari bu Hana. Sampai saat ini dia masih mencari dimana ibunya sekarang.
Aku juga tahu bagaimana dengan apa yang di alami Ridwan. Dia dititipikan di panti ini empat hari setelah dilahirkan. Ayahnya yang menitipkannya di panti ini. Ibu Ridwan meninggal seperti ibuku, meninggal setelah melahirkan. Ayah Ridwan bekerja mencari kayu dari atas gunung untuk di jual. Tidak banyak yang diperoleh beliau. Dari 1kg di hargai Rp200,00. Bisa di bayangkan penghasilan ayahnya yang tidak sebanding dengan usahanya dari mulai mendaki, mencari, dan menuruni gunung. Tentunya berat kayu-kayu itu banyak menguras tenaga. Dari cerita ibu Hana kepada Ridwan, ayahnya sering menjenguki Ridwan dua hari sekali sampai Ridwan berusia tiga bulan. Tapi setelahnya beliau tidak pernah terlihat lagi.
Tuhan, sebatas aku mampu bersyukur. Aku sangat menikmati kebersamaanku bersama teman-teman sebayaku di sini. Aku punya banyak sekali cerita begitupun dengan mereka. Tahukah? Jika kami bercerita, banyak hal yang membuat kami menangis bersama, tapi tenanglah Tuhan. Setelahnya kami semakin bersyukur dan semakin lekat sayangnya pada-Mu, tentunya bersama keluarga sederhanaku di sini. Tuhan, terimakasih untuk sebuah keluarga terindah.
#Bersambung
Jumat, 27 Januari 2012
Desa Tengkurak Tirtayasa
Bencana Banjir yang meliputi Lebak, Pandeglang dan Serang.
Dari ketiga daerah itu memang tidak semuanya yang mengalami banjir. ada di kecamatan-kecamatan tertentu. Rentang antara 9-15 kecamatan dari setiap daerahnya mengalami Banjir.
bencana ini mengakibatkan kesedihan nyata dari mata mereka. karena rumah, lahan pertanian, dan jalan sedang direndam air berwarna coklat, alias banjir karena curah hujan. Sungai selama ini tidak mampu menampung curah hujan yang lebat.
Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh kita sendiri.
Kenapa? Karena manusia semestinya menjaga alam. Bukan malah merusaknya.
Mungkin pepohonan yang hijau sudah tersisih oleh gedung-geung. Lingkungan yang kurang terawat dengan banyaknya sampah dimana-mana. Entah dimana jiwa pencinta keindahan itu.
Akh, kita semestinya merawat alam ini dengan baik.
Jika baik, maka alampun akan sangat bersahabat dengan kita.
Oke, saya disini bukan ingin membahas tentang sebab-akibat banjir.
Tapi tentang kepedulian antar insan.
Yups, seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, kalau saya memliki satu komunitas yang sangat saya cintai yaitu WISATA SYUKUR. yang lebih di kenal dengan sebutan WS.
Kami memilih untuk mengunjungi Desa Tengkurak Tirtayasa.
Kenapa? Karena lokasinya yang paling dekat sehingga kami memilih untuk terlebih dahulu mengunjunginya.
Mungkin tidak banyak yang bisa di berikan oleh seorang mahasiswa atau mahasiswi seperti kami. Yah, tidak banyak yang bisa dilakukan jika secara sendiri.
Tapi kami percaya bahwa jika kami melakukannya secara bersama-sama maka kami bisa menyatukan kekuatan diantara kami.
Tidak satupun diantara kami yang menginginkan bencana datang, yang bisa kami lakukan setelahnya hanyalah bersyukur, sabar, dan ikhlas.
Hey, yaaaa..
Allah punya skenario terhebat yang kita gak tau.
Yah, itu rahasia Allah.
Kadang kita suka dengan sesuatu hal tapi Allah gak suka.
Kadang kita benci pada sesuatu hal tapi hal itu yang di cintai ALlah.
Jadi posting (Positiv thinking) aja kali yaaaa :D
"Mempercayai Allah Kita"
Ini foto yang sempat di abadikan.
Untuk lokasinya Alhamdulillah udah surut.
Mau tau kita dapet dana dari mana?
JAdi sebelumnya dana itu udah ke kumpul dari kami.
Buntelan-buntelan plastik berisi baju layak pakai, yang sudah kami siapkan jauh-jauh hari.
Mau tau kenapa bisa begitu? Karena awalnya baju layak pakai itu mau kita salurkan ke panti yang kita kunjungi selanjutnya.
Tapi berhubung ada yang rupanya lebih membutuhkan jadi kami mengalihkannya untuk menyumbangkannya ke para korban banjir.
Dana yang terkumpul kita belanjakan berupa makanan instan, kue-kue, beras, air mineral dan barang-barang lainnya yang kita pikir akan sangat di butuhkan.
Semoga kita selalu berada dalam Lindungan Allah SWT.
Semoga Allah selalu menguatkan kita,
merangkul kita dalam cahaya-NYA.
menyentuh selalu hati kita.
Kita semua yakin bahwa rezeki kita masing-masing tidak akan pernah tertukar.
Kita semua yakin bahwa tidak ada kejadian sekecil apapun yang akan menjadi sia-sia.
Walau perlakuan baik yang di lakukan tanpa ikhlas, saya yakin itu gak akan pernah sia-sia.
Karena walaupun mungkin kita tidak mendapatkan pahala lantaran kurang atau tidak ikhlas, tapi mungkin kita akan mendapatkan pahala dari sebab kebaikan yang kita lakukan.
Begini contohnya, misalnya ada seseorang bersedekah dengan sesuatu yang sangat banyak. Tapi hatinya kurang atau bisa jadi tidak ikhlas lantaran terpaksa karena sesuatu hal.
Kalau kebanyakan orang berkata, lebih baik tidak bersedekah sama sekali kalau tidak ikhlas karena bakalan sia-sia. Saya tidak setuju dengan itu.
Kita bisa fikirkan kejadian dimana seseorang itu terpaksa bersedekah, mungkin hatinya tidak ikhlas, tapi lihatlah yang menerima sedekah itu, mungkin akan sangat bertema kasih, akan sangat bahagia dan bersyukur.
Dan ini satu titik terang dimana orang itu akan mendapatkan pahala sebab dari kebaikan yang menimbulkan kebahagiaan bagi orang lain.
Memberi itu indah, Berbagi itu sangat indah.
Teramat indah untuk di definisikan.
karena hanya yang berjiwa besar yang mau memberi dengan suka cita tanpa harus menerima, tanpa harus di puji.
Semoga kita semua termasuk di dalamnya. Aamiin. :D
#Wisata Syukur Dari Hati Untuk Cinta :)
Tips Untuk Ibu
• Porsi makan kecil tapi sering untuk menyesuaikan kapasitas lambungnya yang terbatas
• Hanya makan ketika waktu makan, agar anak sudah cukup lapar sehingga dapat menghabiskan porsi makannya
• Makan besar usahakan bersama keluarga, ketika makan bersama anak belajar makan sendiri
• Tidak harus menyantap makanan lengkap sekaligus. Yang harus diperhatikan adalah seluruh makanan dalam sehari harus ada sumber karbohidrat, lauk pauk, sayur, buah dan susu dengan porsi sesuai anjuran
• Ajak anak beraktivitas fisik yang cukup : misalnya bermain, menari bersama, berlari di taman untuk meningkatkan nafsu makan anak selain itu anak ceria, dan sehat.
Kamis, 26 Januari 2012
kenali Diri Anda
Harus selalu bersyukur, berusaha dan bergerak. Setuju? *Ting
Buat kalian yang sedang di rundung keGALAUan.
Hey, masih adakah gaya galau di era sekarang?
Ups, mungkin emang bener, kata GALAU baru aja nonggol di tahun-tahun sekarang ini.
Tapi jauh-jauh deh yaaa..
Masih adakah yang mengganggap diri kita selalu terpuruk dan sendiri?
Hey, Plook!(Re:Tampar) sadarlaaaaaaah. >.<
Di setiap diri kita masing-masing tersimpan sesuatu yang HEBAT.
Kurang percaya?
Hah?NO!
Enggak pake "Kurang".
HARUS percaya! Okey? Hahaha :P
Oke, Kita pelajari dari mata kita.
Pada proses penglihatan terjadi secara bertahap. Saat mata melihat benda, kumpulan cahaya (foton) bergerak dari benda menuju mata. Cahaya ini menembus lensa mata yang selanjutnya membiaskannya dan menjatuhkannya secara terbalik di retina mata – bagian belakang mata. Sinar yang jatuh di retina mata ini di ubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan diteruskan oleh syaraf-syaraf neuron ke sebuah bintik kecil di bagian belakang otak yang disebut pusat penglihatan. Di dalam pusat penglihatan inilah, sinyal listrik ini diterima sebagai sebuah bayangan setelah mengalami sederetan proses. Dalam bintik kecil inilah sebenarnya penglihatan terjadi, di bagian belakang otak yang sama sekali gelap dan terlindung dari cahaya.
Hey.. Bro sist! WOW banget gak tuh? Bisa di bayangin deh kalau prosesnya lamaaaaaa banget, pasti kita gak bakal bisa langsung liat ini itu. Mau ambil sendok mesti nunggu tiga atau lima menit, gak begitu kan? Ini prosesnya cepet banget loh.
Kebayang gak sih canggihnya? Ini CANGGIH, super canggih.
Siapa dulu dong yang nyiptain cobaaaa?
Siapa lagi kalau buk,an Allahnya kita.
Hmm. Love U, Allah. Muach!
Jadi sepakat kan gak ada lagi istilah kita bilang kalau ALlah itu gak adil? Allah itu ngebiarin kita sendiri dan terpuruk? ENGGAK kan? Lah Atuh iyalah ;D
Oke, selanjutnya kita pelajari bagian telinga kita,
Proses mendengar pada anak atau orang dewasa normal merupakan proses yang alami, timbul tanpa usaha tertentu dari individu dan sepertinya terjadi secara otomatis dan tanpa kita sadari, padahal untuk dapat mendengar bunyi atau suara percakapan harus melalui suatu tahapan atau proses.
Proses mendengar sebenarnya sudah terjadi segera setelah bayi dilahirkan normal ke dunia, bahkan organ pendengaran sudah berfungsi seperti layaknya orang dewasa tatkala janin berusia 20 minggu kehamilan. Janin sudah dapat memberikan reaksi ketika diberikan stimulus berupa nada murni berfrekwensi tinggi melalui microphone yang ditempatkan pada perut ibu seperti yang dilaporkan pertama kali oleh seorang peneliti yang bernama Johansson et al pada tahun 1964.
Kemudian dalam perjalanan hidupnya sejak dilahirkan, bayi akan mendapat input suara-suara yang ada dilingkungan sekitarnya sehari-hari secara terus menerus. Dalam keadaan pendengaran normal, rangsangan suara tadi akan direkam dan dipersepsikan dipusat sensorik diotak sehingga anak dapat mengenal suara yang pernah didengarnya.
Nah, nah nah..
Ini dia satu lagi.
Bayangin kalau telinga kita lolaaaaaaaaaa banget proses mendengarnya, gimana jadinya?
Bisalah yaaa bayangin gimana?
Contoh kecilnya nih, ada ibu-ibu lagi pegang piring, ini ibu lagi jalan-jalan sama anaknya sambil nyuapin sarapan ke anaknya.
Tiba-tiba ni ibu oleng lantaran ngobrol sama tetangga. Nah si anak ngeloyong lari-lari kecil. Yaaaah maklumlah yaaa anak kecil.
Tapi nih, ada motor ngebut ke arah itu anak.
Bayangin deh kalau proses pendengaran kita lolaaaaaaaa banget!
yang ada orang-orang yang teriak ngeliat motor ke arah itu anak kecil bisa di denger setelah ada kejadian yang enggak pengen terjadi. IYa gak sih?
Nah, udah tau pendengaran kita secanggih ini. Masih mau bilang diri kita ini gak berguna? atau masih mau bilang kita ini orang miskin? Hah? kurang gede apa yah kaca di kamar. Liat diri kita yang gak kurang ini udah luar biasa canggihnya loh.
So what???
Ini baru gambaran mata dan telingga, belum tentang kerja otak, kulit, otot, darah. Ah masih banyak lagi deh.
Cappee deh yang masih banyak NGELUH!
Jumat, 06 Januari 2012
Naik haji nih..
Mamah sama Bapak saya punya pengalaman tersendiri ketika disana.
Pasti adalah yaaa pengalaman masing-masing yang berkesan, mau itu kesan baik atau mungkin kurang baik.
Ada yang bilang ibadah haji ke tanah suci itu seperti simulasi kecil kita di akhirat nanti. Keadaan kita di padang Arafah umpama seperti di padang Masyar. Entahlah. Tapi yang jelas ada perlakuan baik ketika kita di tanah suci lantaran cerminan dari kehidupan kita dalam sehari-hari. Ada juga yang mendapat perlakuan yang kurang baik lantaran cerminan perlakuan kita dalam sehari-harinya.
Sempet takjub setelah mendengar orang tua saya bercerita ketika sampai di kediaman kami.
Ini cerita mamah :
"waktu mau shalat fardu mamah buru-buru ke masjid sebelum adzan, khawatir gak kebagian di dalem masjid. Waktu itu keadaannya lagi musim banget sakit batuk. Jama'ah haji kebanyakan pada batuk-batuk. Ini lantaran faktor cuaca.
Mamah yang waktu itu masih berdiri tiba-tiba batuk dan tanpa sadar keluar air kencing, sedikit banget rasanya, mungkin satu tetes, dalem hati rasanyaaaa panik. Adzan berkumandang sedang wudzhu malah batal. Harus balik lagi ambil air wudhunya. Sebenernya yang bikin panik itu masalah celana panjang yang mamah pake. kalau udah kayak gitu di rasa-rasa sih celananya sedikit kena air kencing. Mau gak mau mesti di buka karena kena najis. Dan yang makin bikin panik, bagaimana bisa pake celana? sedang khawatir kaki mamah keliatan, yang ada aurat mamah kebuka. Gimana cara mamah shalat kalau kayak gini? Walaupun mamah pake jubah, tapi tetep aja gak tenang, kan gak ada yang tau kalau tiba-tiba pas shalat jubah mamah ke geser. terus kaki mamah keliatan. Mamah panik luar biasa. Sampe akhirnya mamah serahin ke Allah.
Luar biasanya, Subhanallah kaos kaki mamah tiba-tiba panjang sendiri sampe lutut, mamah bener-bener kaget, merinding sendiri. Karena mamah sebelumnya pake kaos kaki pendek ukuran dia ataa mata kaki sedikit. Mamah gak punya kaos kaki panjang selutut, tapi kenapa bisa mamah tiba-tiba liat kaos kaki itu mamah pake di kaki mamah. Mamah yang waktu itu beres ambil air wudhu langsung takjub. Akhirnya mamah bisa shalat dengan tenang walaupun masih mikir kenapa bisa terjadi. Yah kejadian kayak gini mungkin aja bisa terjadi dengan izin Allah. Bisa di lakukan dengan mudah oleh Allah. Beresnya mamah shalat di Masjid mamah langsung ke hotel tempat mamah nginep, pas mamah mau buka kaos kakinya tau-tau mamah liat dengan jelas kalau kaos kaki yang mamah pake itu kaos kaki pendek yang ukurannya dia atas mata kaki sedikit. "
Subhanallah.. Aku merinding loh denger langsung dari mamah :')
beda lagi kalau ceritanya bapak.. kapan-kapan cerita deh pengalamannya bapak.
Saya berharap bisa cepet-cepet kesana. Menurut saya, tidak sembarangan orang yang bisa menunaikan ibadah haji. Bagi Umat yang tinggalnya bukan di Mekah, seperti saya yang tinggal di Indonesia ini, pastinya selain harus siap rohani dan materi. Kenapa materi? Karenga biaya kesana gak sedikit. Yah Biaya, tapi biaya bukan faktor utama, karena banyak warga ndonesia yang pergi ke tanah suci tanpa mengeluarkan uang dari sakunya sendiri. Hey, walau mungkin biayanya sedikit. Tapi ada Allah Al-Ghonniy yang Maha Kaya. Gak ada apa-apanya untuk biaya yang segitu.
Gimana tuh jadinya?
Dan ada cara membersihkan bintik hitam yang udah lekat banget itu.
Caranya dengan banyak-banyak istighfar. InsyaAllah lama-lama bisa memudar.
Yuk banyak istighfar :D
Setuju yaa :)
Kamis, 05 Januari 2012
Bunga yang telah pulang
Sepupu mungilku, panggil saja dia bunga. Bunga itu ngegemesin, matanya lentik banget, gendut, chubby, putih kinclong(kinclong kayak ape aje), cantiiiiiiik banget. Pokoknya nih kalau tiap ada orang yang liat dia pasti pada seneng, saya jamin deh. Kalau kata ligar sih sebutannya "Dede bule". Ada-ada aja Ligar nih yaaa :)
Kurang lebih 40 hari bunga tinggal di rumah keluargaku, Kalian tau kenapa? hmmm..
Karena ibunya bertugas menemani aku dan kedua adik perempuanku di rumah.
40 hari, yah 40 hari. Tidak terpikirkan sebelumnya bunga meninggal begitu cepat. Allah menuliskan usianya hanya sampai usia 8 bulan. Itu waktu yang cukup singkat, dan tentunya akan menimbulkan kehilangan yang cukup berat bagi kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah melahirkannya. Seperti yang kita semua tahu, anak ecil usia segitu sedang lagi lucu-lucunya. Aku harap ibunya di beri ketabahan lebih.
Ibunya, aku lihat dia sangat kehilangan. Kedua matanya sangat bengkak. Mungkin karena bnyaknya air mata yang keluar. Aku mengerti mungkin ini berat. Anak ituuuuuu anak yang sangat cantik, dia anak kebanggaan kedua orang tuanya. Bagaimana tidak, karena bunga bisa mengambil perhatian banyak orang yang melihatnya. Bunga anak bungsu, anak satu-satunya. Ketika tiga anak mereka meninggal sewaktu kecil, kini bunga yang merupakan anak keempat di panggil juga ke pangkuanNya.
Yang perlu kita sadari, anak adalah anugrah yang dititipkan Tuhan. Bukan hak milik paten. Bukan.
Anak adalah ujian untuk kedua orangtuanya. Seorang anak bisa menjadi penolong kedua orangtuanya di akhirat kelak tapi ada juga yang bisa menjadi bom waktu yang bisa menyengsarakan kedua orangtuanya di akhirat kelat.
Anak ibarat kertas putih yang bersih dan kedua orangtuanya lah yang akan menuliskan dengan tinta merah, hijau, atau emas. Banyak anak yang berbakti banyak pula yang durhaka. Tentu ini menjadi ujian kedua orangtuanya.
Aku masih ingat, masa-masa 40 hari bersama bunga. Si mungil itu sering aku bawa ke kamarku menemani aku belajar. Dengan lincahnya dia memutar-mutar menggerakkan tubuhnya, mengoceh dengan bahasanya, tertawa dengan manisnya yang membuat aku selalu suka.
Masih ingat sekali, dia yang manis itu, sering aku gendong kesana kemari, entah mengapa aku juga sering bercermin bersama dengannya di cermin kamarku yang ukurannya lumayan besar. Setiap wajahnya aku hadapkan pada cermin, dia selalu tertawa, Aku Suka.
Iseng-iseng aku mengajarinya berhitung dengan kelima jari tangan kanannya. Dia begitu antusias dengan bahasa yang aku sampaikan, berhitung dari satu yang menggerakkan satu ibu jarinya, dua di telunjuknya, tiga pada jari tengahnya, empat pada jari manisnya dan lima pada jari kelingkingnya. Aku terus mengulang-ulang mengajarkannya berhitung. Sampailah yang menurutku dia paham. Bunga akhirnya sering menggerakkan kelima jari tangannya sambil berbicara dengan bahasanya sendiri, gerakkannya menyerupai dengan gerakan yang aku lakukan terhadapnya.
Bunga sangat suka ketika aku mengucapkan Asmaul-Husna. Matanya yang lentik itu diam menatapku, mendengarkan Asmaul husna yang aku ucapkan. Dia seperti berusaha mengikuti. Dan setelahnya bunga berceloteh sendiri. Entah apa yang dia katakan, tapi dari silau kedua matanya, dia sangat senang.
Selamat Jalan Sayaaaaaang.