Meski berungkap bahwa percaya, tetapi percaya tidak percaya rasanya masih aja ragu berbagi karena kebutuhan sendiri terhitung banyak, sedang penghasilan ngepas sana sini. Hayo nyakuuu, suka mikir gitu? hehe
Pernah nemuin kasus laki-laki berpikir lama untuk menikah lantaran belum punya banyak uang? Belum punya uang buat beli mobil pajero, belum punya uang buat beli rumah gedong, belum punya uang buat ngadain resepsi yang super duper mewar kayak orang-orang indonesia keneh.
Atau kasusnya BETI (Beda Tipis), kenapa BETI? Misal begini, dia udh siap mau nikah, eh kaka perempuannya ngelarang, "Punya uang berapa banyak lo mau ngelangkahin gue nikah? yang ngasih nafkah ke lo dari kecil siapa? lo yang gw besarin. Berani ngelangkahin gw? Rumah aja lo blm punya, mau berani-berani minta nikah duluan." wah ampun deh kasian banget tuh adik yah, cup cup yang sabar yaaah.
Atau atau kasus sang anak udah punya niatan nikah muda, belum juga sang anak minta restu, tapi udh keduluan diginiin, "Lee, jangan buru-buru nikah, bahagiain orang tua dulu, naik hajiin emak dulu, nunggu si sulung nikah dulu."
My God, kenapa orang indonesia begini. atau bukan org Indonesia deh apa yaaah haha.
Duh masih besarkah momok kekhawatiran kalau laki2 beristri akan sulit banyak berbagi terhadap keluarganya lantaran dinilai setelah punya istri dan anak maka penghasilannya akan lebih terfokus pada anak dan istrinya?
Coba saja orang-orang kita mengerti bahwa rezeki manusia sudah ada yang mengatur, rezeki gak akan pernah ketuker dengan yang lain atau di perjualbelikan misalnya.
Penulis sebagai wanita jadi ikutan riskan sama momok yang jadi panutan orang-orang baheula.
Gak semua perempuan begitu, gak semua perempuan bersikap protex penghasilan suaminya untuk di bagi-bagi.
Jadi keinget ceramah mama dedeh yang tema judulnya "Nikah dulu atau mapan dulu?"
Semakin yakin kalau nikah gak mesti nunggu mapan:)
Semakin yakin kalau nikah gak mesti nunggu mapan:)
Manusia dengan rezeki yang dituliskan dengan cara "sampainya" yang beragam.
Untuk yang dikasih kesempatan diberi nikmat dengan harta yang berlimpah, berbahagialah karna kamu diberi hak istimewa oleh Allah untuk menjadi tangan-tangan Allah menyalurkan rizki orang-orang disekitarmu. Pernahkan kamu berfikir bahwa hartamu seutuhnya bukan milikmu? Harta adalah titipan, kamu bukan pemiliknya. Hindari seorang hartawan yang memanjakan diri sendiri.
Banyak rezeki manusia bertebaran dimana-mana, berbahagialan menjadi tangan-tangan penyalur rezeki dari Allah.
Banyak rezeki manusia bertebaran dimana-mana, berbahagialan menjadi tangan-tangan penyalur rezeki dari Allah.
Karena semua rezeki bisa di dapat bukan dari jalan yang hanya bisa di duga oleh akal manusia.
Selamat berbagi manusia pemilik hak istimewa.